i don`t know everything,but i know something

Senin, 30 Mei 2011

KUPANGGIL NAMAMU

Sambil menyeberangi sepi
kupanggil namamu, wanitaku
Apakah kau tak mendengarku?

Malam yang berkeluh kesah
memeluk jiwaku yang payah
yang resah
kerna memberontak terhadap rumah
memberontak terhadap adat yang latah
dan akhirnya tergoda cakrawala.

Sia-sia kucari pancaran sinar matamu.
Ingin kuingat lagi bau tubuhmu
yang kini sudah kulupa.
Sia-sia
Tak ada yang bisa kujangkau
Sempurnalah kesepianku.

Angin pemberontakan
menyerang langit dan bumi.
Dan dua belas ekor serigala
muncul dari masa silam
merobek-robek hatiku yang celaka.

Berulang kali kupanggil namamu
Di manakah engkau, wanitaku?
Apakah engkau juga menjadi masa silamku?
Kupanggil namamu.
Kupanggil namamu.
Kerna engkau rumah di lembah.
Dan Tuhan ?
Tuhan adalah seniman tak terduga
yang selalu sebagai sediakala
hanya memperdulikan hal yang besar saja.

Seribu jari dari masa silam
menuding kepadaku.
Tidak
Aku tak bisa kembali.

Sambil terus memanggil namamu
amarah pemberontakanku yang suci
bangkit dengan perkasa malam ini
dan menghamburkan diri ke cakrawala
yang sebagai gadis telanjang
membukakan diri padaku
Penuh. Dan Prawan.

Keheningan sesudah itu
sebagai telaga besar yang beku
dan aku pun beku di tepinya.
Wajahku. Lihatlah, wajahku.
Terkaca di keheningan.
Berdarah dan luka-luka
dicakar masa silamku.

Kamis, 12 Mei 2011

Kematian, Iman, dan Tuhan

Kematian Ta berjarak dari kehidupan, Kematian merupakan konsekuensi logis dari kehidupan,
Kematian selalu tidak dapat dimengerti, absurd, karena kematian, hidup ini menjadi absurd.
 Biarkanlah aku terus menghujat hidup, bagaimanapun juga aku akan terus menpelajarinya, karena hidup yang ta’ dipertanyakan tidak layak untuk dijalani (Socrates).
 Dan biarkanlah kematian menjadi pengatur kehidupan ini, karena tidak dapat dibayangkan jika tidak ada kematian, APAKAH KITA MASIH AKAN MERASA BAHAGIA?”
-Persimpangan Hidup yang kian Kabur membaur dengan Kekaburan-


Kematian, jika mendengan kata itu, serentak kita akan bersepakat bahwa hal tersebut pasti akan terjadi. Mengapa? Ya sudah lah, begitu saja mudahnya. saya tidak ingin membahas mengenai kepastian kematian, saya ingin sedikit bersentuhan dengan “Kematian”.
Ketika kematian dijadikan sesuatu yang menakutkan, saya sangat maklumi itu, saya pun merasakannya, karena merupakan kodrat manusia untuk menakuti hal apapun yang belum diketahuinya secara utuh. Namun, jika kita melihat dari satu sisi, dimana kematian menjadikan seluruh hidup ini semakin absurd(Titik!) kita akan merasa bahwa segala daya dan upaya ini akan sia-sia, terlebih lagi jika kita mengaitkannya dengan ‘takdir’.
…..aku tidak ingin mendengar jawaban di ruang hampa ini. Karena sebuah jawaban bagiku hanyalah tesis bagi antithesis berikutnya yang akan menyeruak kedalam nalar. Aku ingin mendengarnya ketika aku mati nanti, ketika aku dapat bertemu dengan-Mu, seperti yang dijanjikan agamaku(Islam), dimana kemungkinan pola baru akan tercipta. Sungguh indah sekali jika aku membayangkan pola dan mekanisme-Mu di dunia berikutnya.
Entahlah, aku tidak seprti mereka. Bahkan aku meragukan adanya surga yang dijelaskan didalam Al-Quran. dan siksaan neraka yang digambarkan melalui deskripsi yang begitu kejam, aku tidak meyakini itu? apakah aku berdosa Tuhan? bagiku tidak, karena itu hanyalah kumpulan ilusi di dunia yang aku hidupi sekarang ini. Kelak, ketika aku menjalani dunia baru, pastilah sistem dan mekanismenya akan berbeda, maka pola-pola argumen dan logika yang coba ditelusur saat ini akan sia-sia.
Atau bahkan kehidupan setelah mati itu tidak ada? Entahlah!
Yang jelas bagiku hanya satu, Engkau Tuhanku pastilah ada, menaungi kami sebagai mahluk ciptaan-Mu. Memberikan kami mekanisme yang begitu sistematis unttuk hidup di dunia ini, dunia-Mu.
Dan kini, ketika aku ingin semakin dekat dengan-Mu, tidak ada jalan lain bukan?selain mengimani-Mu, karena engkau begitu Maha dan ta’ mungkin aku cerna secara utuh. Bagaikan seorang turis yang ingin menyisir setiap lekuk indah pesona alam, ia tidak tahu banyak tentang hal tersebut, maka ia harus mempercayai tour guide nya(karena ia tidak tahu apa-apa).
Aku tidak dapat membayangkan jika Engkau tidak membatasi kami(manusia) dengan segala keterbatasan ragawi, maka aku yakin, tidak akan ada yang mengimani-Mu. Karena manusia terbatas, maka jalan satu-satunya hanyalah iman!(seperti turis tadi)
 Dan kini, aku berpayung dibawah “Rumah Islam”. Tempatku mendekatkan diri dengan-Mu. Dan saat kematian menghampiri, aku yakin, itu adalah jalan bagiku untuk semakin dekat dengan-Mu.
semoga saja……