mereka:
tumbuh akar dan benalu di wajahnya,-
tak sadar, kota sudah menenggelamkan tubuhnya hingga leher.
yang tersisa hanya muka-muka tanpa nama.
berkeliaran dalam tingkah, rupa, dan kata.
deret angka nol menjadi penanda wajah-wajah tak berdosa,
besok, siapa yang lebih kaya?-
tentu bukan aku.
...
(padahal pagi yang indah baru saja melempar cahaya ke udara. membuat terang warna tanah, membuat dedaunan gemetar karena embun, dan gelap seperti biasa, mulai melipat wajahnya...)*
dari balik jendela, aku melihat mereka;
mengencani satupersatu berkah yang ada.
tak sadar, mereka menggali kuburanya sendiri.
kota telah kehilangan tubuhnya.
kelimpungan mencari-cari jalan pulang.
pada akhirnya, kesepian jalan memanjang.
mengetuk ruang kosong di malam yang akan datang.
siapa yang bersetia padamu?
tentu bukan aku.
mereka:
wajah-wajah tanpa nama
serupa ucap yang patah,-
aku tanggal di bibir jalan. dalam lengang malam yang kian panjang.
.......